Jumat, 05 Oktober 2007

Raja dan Peramal

Raja dan Peramal

Hari ini seperti biasanya Raja menyamar sebagai penduduk biasa dan mulai menyelidiki keadaan negerinya. Sehingga tidak ada penyambutan maupun penghormatan, yang ada hanyalah kehidupan yang biasa terjadi sehari-hari. Raja tidak pernah membawa pengawal kecuali satu orang pengawal pribadinya yang terpercaya. Pengawal ini menemani sang Raja ke mana pun beliau mau. Rombongan kecil itu tak ubahnya seperti musafir, dan Raja memperlakukan pengawal ini sebagaimana sahabatnya.

Hari ini Raja berkeliling demikian jauh, sampai pada tempat-tempat yang jarang Raja kunjungi. Ketika Raja sampai di sebuah pasar, ada sebuah tenda yang sangat laris. Orang-orang saling berebut untuk dapat masuk ke dalam. Kemudian Raja menanyakan kepada salah seorang pengunjung, ada apa di dalam.

“Kalian bukan orang sini? Pantas kalian tidak tahu. Pemilik tenda itu adalah seorang peramal sakti yang sanggup melihat masa depan, jodoh, rezeki dan lain-lain. Berbagai azimat yang ia berikan kepada kami telah terbukti mencegah kami dari bala. Hari ini aku begitu beruntung, peramal itu melihat bahwa panen tahun ini sukses dan aku sendiri akan mendapat anak laki-laki.”

Raja begitu tertarik, sehingga Raja ikut berdesakan antri untuk dapat masuk tenda itu. Ketika sampai di depan peramal itu, Raja menanyakan kesehatannya. “Anda akan baik-baik saja, garis tangan Anda menggambarkan kehidupan berat yang Anda jalani, namun Anda masih akan hidup sampai 10 tahun lagi.” kata Peramal.

“Begitu,” kata Raja, “Kalau begitu, apakah Tuan bisa meramalkan tentang negeri ini?”

“Tentu saja!” kata Peramal ketus, “Negeri ini memang dipimpin oleh seorang Raja yang arif lagi adil. Negeri ini memang negeri yang makmur. Tapi suratan menyatakan bahwa negeri ini akan dilanda peperangan besar, hal itu terjadi kurang lebih 1 tahun dari sekarang. Raja negeri ini akan dibunuh oleh pengawalnya yang paling setia dalam peperangan itu. Ya, tunggu saja tahun ini akan menjadi tahun berduka negeri ini, kematian Raja dan kehancuran negeri ini. Kemudian awan hitam akan memenuhi negeri ini, bangsa asing akan mengambil alih kekuasaan, celaka sungguh celaka petaka itu.”

Pengawal sang Raja hampir-hampir meraih gagang pedangnya dan memenggal kepala Peramal itu. Suasana di dalam tenda dan sekitarnya mendadak sepi, tapi sang Raja tetap tenang. Beliau melanjutkan pertanyaannya kepada Peramal itu. “Apakah Tuan yakin dengan ramalan Tuan. Sebab ramalan Tuan bisa mencelakakan Tuan sendiri.”

“Tentu saja aku mengatakan kebenaran!” kata Peramal itu ketus, “Mengapa aku harus takut dengan ucapanku. Aku tidak akan mati sebelum mencapai usia 80 tahun. Masih terlalu cepat 20 tahun kematian datang padaku. Itu sudah tertulis dalam suratan....”

“Crash!” tiba-tiba Raja mengayunkan pedang dan memutus leher Peramal itu sebelum Peramal menyelesaikan ucapannya. Seketika suasana menjadi gaduh. Dan untuk berjaga-jaga sang pengawal setia menghunus pedangnya. Kemudian Raja berteiak lantang, “Apa yang diperbuatnya adalah syirik!! Ucapannya dusta! Dia mengaku akan menikmati hidup 20 tahun lagi, nyatanya tidak sampai hari ini berakhir ia sudah mati. Wahai kalian semua tidakkah kalian baca dalam Kitab Suci tentang 5 rahasia Allah dan tak seorangpun dapat mengetahuinya! Apakah kalian akan menyekutukan-Nya dengan azimat-azimat yang tak berguna itu. Dan jika ada yang menuntut darah atas peramal ini, datanglah ke istana, bukankah Raja kalian adalah seorang yang adil?”

Tak ada seorang pun yang bereaksi atas ucapan dan perbuatan Raja. Tiba-tiba ada seseorang yang mendekati Raja dan berkata, “Ampuni hamba baginda yang tidak mengenali Anda. Andalah Raja negeri ini.” Kemudian ia berlutut. Semua orang yang hadir saat itu tercekat, karena tidak menyangka bahwa orang yang ada di hadapan mereka adalah sang Raja. Serentak mereka berlutut bahkan ada yang bersujud.

“Hentikan perbuatan kalian, apakah kalian hendak mensejajarkan aku dengan Allah? Bersujudlah hanya kepada Allah. Hal terpenting sekarang yang harus dilakukan adalah mengembalikan aqidah, jangan kotori dengan kesyirikan. Bertaubatlah, buanglah semua azimat yang kalian miliki. Sungguh demi Allah, aku turut bertanggung jawab atas kejahiliahan kalian. Maka aku akan menebusnya!”

Raja memenuhi janjinya untuk menuntaskan kejahiliahan di negerinya dengan membangun madrasah-madrasah ilmu dan mengirimkan ustadz ke seluruh pelosok negeri. Dan bagaimana dengan ramalan awan hitam yang akan melingkupi negeri itu? Perkataan Peramal itulah yang dusta!

Tidak ada komentar: