Sabtu, 29 September 2007

Kehilangan Ruh

Kehilangan Ruh


Sekelompok turis duduk dalam sebuah bus. Bus itu berjalan menyusuri daerah yang sangat indah –danau-danau, gunung-gunung dengan lembah nan hijau dan ngarai serta sungai di bawahnya- tetapi tirai bus tertutup. Selama perjalanan mereka meributkan siapa yang akan duduk pada kursi kehormatan di dalam bus itu, siapa yang patut diberi penghargaan. Demikianlah mereka ribut belaka sampai akhir perjalanan.

Lihatlah bagaimana orang-orang mencoba mendapatkan dunia sekaligus kehilangan ruh mereka, sehingga mereka hidup dalam kekosongan. Mereka hidup tetapi tanpa jiwa.

Jika Janin Dapat Berbicara

Jika Janin Dalam Rahim Dapat Berbicara


Sekiranya lisan kita dapat didengar janin dalam kandungan ibu, tentulah kita dapat berbincang-bincang dengannya.

“Wahai janin, bagaimana kabarmu dan apa yang sedang engkau kerjakan?”

“Segala puji bagi Allah, aku dalam keadaan baik dan sedang menikmati tidurku dalam rahim.”

“Wahai janin, adakah dalam keseharianmu engkau hanya menikmati tidurmu?”

“Benar, tapi di samping itu aku pun tidak perlu bekerja karena semua kebutuhanku sudah dipenuhi ibu melalui tali pusat ini.”

“Wahai janin amat besarlah keberuntunganmu atas apa yang Allah anugerahkan kepadamu. Tetapi janin, kalau engkau tidak bekerja mengapa Allah memberimu tangan dan kaki. Anggota badan itu diperlukan manakala engkau bekerja bukan?”

“Benar, akupun tidak mengerti, sebab tanpa kedua tangan dan kaki ini pun tidak akan ada masalah. Kebutuhanku sudah terpenuhi oleh tali pusat ini. Untuk apa kedua tangan dan kaki ini? Lagi pula dengan keberadaan mereka akan semakin mempersempit ruangku di dalam rahim.”
“Wahai janin, sekiranya Allah Ta’ala menghapuskan tangan dan kakimu saat ini bagaimana?”

“Ku kira tak ada masalah.”

Jika sekiranya Allah kemudian benar-benar menghapus 2 tangan dan 2 kaki janin, apakah yang akan terjadi manakala janin dilahirkan di dunia ini? Alangkah kecewanya janin mendapati bahwa dunia benar-benar berbeda dengan apa ia kira, sebab dunia adalah tempat bekerja dan anggota badan memegang peranan penting di sini. Dan ketika pertama kali ia dilahirkan justru sumber rejeki yang diandal-andalkan yaitu tali pusat adalah yang pertama kali dipotong oleh bidan. Apa yang dapat dilakukan tanpa anggota badan di dunia yang luas ini?

Kisah di atas adalah sebuah sebuah perumpamaan yang dapat dijadikan ibroh, mengapa manusia harus beribadah kepada-Nya, seperti mendirikan sholat, puasa di bulan Ramadhon dan lain-lain. Sering kali orang berkata: “Lihat dia yang sholatnya rajin tidak pernah naik pangkat,” atau “Lihat dia yang rajin puasanya tidak juga menjadi kaya. Bagaimana Tuhan berlaku adil terhadap hamba-Nya?” Ingatlah bahwa segala sesuatu ada masanya. Saat ini sholat kita, puasa kita dan ibadah kita yang lain ibaratkan anggota badan kita sewaktu masih janin dulu. Barangkali belum nampak manfaat dan faedahnya, lihatlah kelak di akhirat nanti, amalan-amalan kitalah yang akan menolong kita sebagaimana pertolongan anggota badan kita manakala kita berada di dunia ini.

The Last Supper

The Last Supper (Perjamuan Terakhir)


Ada sebuah kisah menarik tentang bagaimana Leonardo da Vinci melukis The Last Supper, yaitu mengenai model lukisannya.

Leonardo memutuskan untuk menggambar figur Yesus terlebih dahulu. Untuk itu ia memerlukan model pemuda dengan wajah elok dan kepribadian yang mencerminkan tanpa dosa, bebas dari guratan dosa. Setelah berminggu-minggu mencari dan menolak ratusan pemuda, akhirnya Leonardo menemukannya saat ia menghadiri misa di Katedral Milan. Penyanyi koor gereja Pietri Bandinelli ayng berusia 19 tahun ditetapkan sebagai model figur Yesus. Pemuda ini dinilai Leonardo memancarkan cinta kasih, kelembutan, kepedulian dan polos.

Selama 6 bulan Leonardo sibuk mengerjakan lukisan tokoh utamanya. Enam tahun berikutnya, ia melanjutkan karya seni tersebut. Satu demi satu model yang cocok dipilih untuk mewakili masing-masing pribadi dari ke-12 murid Yesus. Namun tidak ada model yang cocok untuk Yudas Iskariot (murid Yesus yang berkhianat. Leonardo menginginkan seorang pria dengan wajah yang penuh dengan keputusasaan, ketamakan, kelicikan, kemunafikan, dan dosa. Sepuluh tahun setelah memulai melukis, akhirnya ia menemukan model terakhirnya di penjara Roma, seorang narapidana terhukum mati karena kasus pembunuhan dan kejahatan.

Leonardo bekerja dengan tergesa-gesa selama beberapa hari hingga kemudian ia menyadari perubahan yang terjadi pada modelnya. Wajahnya mulai tegang dan matanya memancarkan horor. Merasa terganggu, Leonardo menghentikan kegiatannya dan bertanya, “Apa yang membuatmu begitu terganggu?”

Sang pria menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis tersedu-sedu. Setelah beberapa saat ia menjawab, “Tidakkah Anda mengingat saya? Bertahun-tahun yang lalu saya ada di studio ini. Sayalah sang Yesus di lukisan Anda.” (dikutip dari Majalah Cinemagazine)

Tsunami Nabi Nuh as

Tsunami Nabi Nuh as

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.”(QS. Al Anbiya (21) : 76)

Bencana tsunami yang terjadi di Aceh, Thailand, Yogyakarta, Pangandaran dan lain-lain dapat kita saksikan kedahsyatanya.Hampir semua bangunan yang disapu gelombang itu luluh lantak sama dengan tanah. Di Aceh sendiri tercatat lebih dari 400.000 jiwa yang meninggal dan hilang akibat terjangan tsunami. Seluruh infrastruktur di bumi Nanggroe Aceh Darussalam seakan hancur total. Itulah gambaran tsunami yang terjadi di abad ini.

Pernahkah kita membayangkan, bagaimana dengan tsunami yang terjadi di zaman Nabi Nuh as? Digambarkan waktu itu, air bah menenggelamkan gunung, sehingga putra Nabi Nuh (Kan’an) yang enggan mengikuti ayahnya terseret gelombang dan tenggelam dalam banjir tersebut. Tsunami Nabi Nuh tidak hanya menghantam satu daerah, namun menyapu seluruh negeri nabi Nuh dan meluluh lantakkan seluruh peradaban yang telah dicapai saat itu.

Pernahkah kita membayangkan, berapa besar dan tangguh kapal yang ditumpangi nabi Nuh as berikut para pengikutnya? Teknologi macam apa yang digunakan untuk membuat kapal itu. Teknologi tingkat tinggi yang ada sekarang bahkan belum mampu menciptakan kapal yang mampu menahan gelombang tsunami sedahsyat tsunami Aceh. Apalagi menahan tsunami yang terjadi di zaman nabi Nuh as. Kapal Titanic yang diklaim sebagai kapal pesiar terkuat, ternyata harus karam hanya karena benturan dengan karang gunung es. Sedangkan kapal nabi Nuh as, mampu mengarungi sapuan gelombang tsunami, mampu menahan seluruh benturan dahsyat di samping kanan-kiri, depan-belakang. Sungguh sebuah hasil teknologi yang luar biasa. Jangan pernah memikirkan bahwa kapal nabi Nuh as terbuat dari perahu sampan kecil. Sampan kecil tentunya tidak akan pernah mampu menahan sapuan ganas tsunami, dan segera hancur berkeping-keping.

Sekarang apakah kita akan menyombongkan diri mengklaim bahwa teknologi kita saat ini sangat mutakhir. Bahkan ada yang –naudzubillah- sampai menuhankan teknologi. Padahal fakta berbicara bahwa teknologi kita sangat jauh dari teknologi orang-orang sebelum kita. Membuat kapal sekelas kapal yang dibuat nabi Nuh saja belum tentu kita sanggup. Apa yang pantas kita sombongkan?

Dokter dan Montir (I)

Dokter dan Montir (I)

Seorang dokter ahli bedah jantung mereparasikan mobilnya yang mogok pada sebuah bengkel. Montir segera datang dan menanganinya.

“Lihatlah pak dokter, sebenarnya pekerjaan saya dan Anda yang ahli bedah tidaklah jauh berbeda. Mobil-mobil yang datang kemari dalam keadaan sakit, saya harus mendiagnosis penyakitnya, beberapa harus saya bedah kemudian saya pasang lagi,” kata montir. “Dari suaranya saja, saya tahu kalau kerusakan mesin pak dokter cukup parah sehingga nanti pasti harus saya bongkar.”

“Benar,” kata dokter, “Pekerjaan kita sama-sama bedah. Tetapi pernahkah Anda membedah mesin dalam keadaan mesinnya hidup?”

Ikan dan Air

Ikan Dan Air


Seekor ikan tersesat dari rombongannya. Ia mengikuti arus hingga memasuki sungai yang membelah sebuah desa di lereng bukit. Ia sampai di tepian sungai.

Pada saat itu, di tepian sungai tengah berkumpul beberapa orang yang sedang melepas lelah setelah seharian mereka bekerja di ladang. Mereka ramai mendiskusikan banyak hal. Ikan itu mengamati dengan serius apa yang dibicarakan oleh orang-orang. Orang-orang ini membicarakan masalah air, betapa besar manfaat air bagi kehidupan. Tanpa ada air tidak mungkin akan ada kehidupan dan seterusnya.

Ikan itu begitu terkesima dengan penjelasan tersebut. Tak lama kemudian ikan itu meneruskan perjalanan mencari rombongannya. Syukurlah, tak lama kemudian ia mendapati rombongannya yang sedang berkumpul di sekitar batu dan rumput. Ia pun segera bergabung dengan mereka, teman-temannya pun menyambutnya dengan gembira karena mengira bahwa ia tidak akan bisa berkumpul ke tengah-tengah mereka lagi.

Lalu ikan ini menceritakan pengalamannya setelah terpisah dari rombongan. Tidak lupa ia ceritakan bagaimana hebatnya air bagi kehidupan. Air adalah sesuatu yang sangat berharga, karena air akan menjamin kelangsungan kehidupan. Tiba-tiba ikan ini menghentikan kisahnya. Sesaat ia terdiam, lalu ia berkata, “Teman-teman, rasanya aku sangat tertarik dengan apa yang disebut air. Aku butuh dukungan kalian, aku akan mencari air. Kalau aku temukan akan ku bawa sebanyak-banyaknya untuk kalian supaya kehidupan kalian lebih terjamin.”

Teman-temannya terbagi menjadi dua antara yang setuju dan yang tidak. Namun ikan ini tetap pada pendiriannya untuk mencari air. Dan dimulailah petualangannya mencari air.

Orang sering tidak menyadari bahwa di sekelilingnya adalah potensi. Sekelilingnya adalah sesuatu yang berharga. Orang selalu berfikir di mana aku bisa mendapatkan sesuatu, padahal segala sesuatu yang paling berharga sudah tersedia di sekitar kita

Jumat, 28 September 2007

Malam Pertama

MALAM PERTAMA ~

Apabila menyebut malam pertama, pasti semua orang akan terbayang satu malam yang penuh dengan keindahan dan kenikmatan. Nikmat duniawi yang tiada tara! Ya, satu malam di mana pasangan pengantin baru yang sah bergelar suami isteri setelah diijab qabulkan akan bersatu, berpadu kasih lahir dan batin. Malam penuh kebahagiaan!

Pernahkah terbayang dan terlintas di benak pikiran kita satu malam lain yang juga dinamakan malam pertama, namun dianya bukanlah malam pertama perkawinan?
Pernahkah engkau melihat kuburan? Pernahkah engkau melihat gelapnya kuburan?Pernahkah engkau melihat sempit dan dalamnya liang lahat? Pernahkah engkau membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur? Sadarkah engkau bahwa kuburan itu dipersiapkan untukmu, untukku dan untuk orang-orang selain kita? Bukankah telah silih berganti engkau melihat teman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga terdekatmu diusung dari dunia fana ini ke kuburan? Apakah Malam Pertama Kita di Alam Kubur nanti asyik dan nikmat atau penuh derita dan sengsara?

Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan saat malam pertamamu nanti di alam kubur? Tidakkah engkau tahu, bahwa ia adalah malam yang sangat mengerikan. Malam yang menyebabkan para ulama serta orang-orang yang soleh menangis dan orang-orang bijak mengeluh. Kala itu kita sedang berada di dua persimpangan dan di dunia yang amat berbeda.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan. (QS Al Ankabut (29): 57)


Suatu hari pasti engkau akan tinggalkan tempat tidurmu (di dunia), dan ketenangan pun menghilang darimu. Bila engkau berada di kuburmu pada malam pertama, demi Allah, pikirkanlah untung nasibmu dan apa yang akan terjadi padamu di sana?
Hari ini kita berada di dunia yang penuh keriangan dengan anak-anak, keluarga dan sahabat, handai taulan, dunia yang diterangi dengan lampu-lampu dengan pelbagai warna dan sinar, dunia yang dihidangkan dengan pelbagai makanan dan minuman yang lezat-lezat serta, tetapi pada keesokannya kita berada di malam pertama di dalam dunia yang kelam gelap-gelita, lilin-lilin yang menerangi dunia adalah amalan-amalan yang kita lakukan, dunia sempit yang dikelilingi tanah dan bantalnya juga tanah. Pada saat kita mula membuka mata di malam pertama kita di alam kubur, segalanya amat menyedihkan, pekik raung memenuhi ruang yang sempit, tapi apa daya semuanya telah berakhir. Itukah yang kita mau? Pasti tidak bukan? Oleh itu beramallah dan ingatlah sentiasa betapa kita semua akan menempuhi MALAM PERTAMA DI ALAM KUBUR.

Di dalam usahanya mempersiapkan diri menghadapi malam pertama tersebut, diceritakan bahawa Rabi bin Khutsaim menggali liang kubur di rumahnya. Bila ia mendapati hatinya keras, maka ia masuk ke liang kubur tersebut. Ia menganggap dirinya telah mati, lalu menyesal dan ingin kembali ke dunia, seraya membaca ayat:
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah Aku (ke dunia).Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (QS Al Mu’minun (23): 99-100)

Kemudian ia menjawab sendiri; “Kini engkau telah dikembalikan ke dunia wahai Rabi.” Pada hari-hari sesudahnya Rabi bin Khutsaim didapati sentiasa dalam keadaan beribadah dan bertaqwa kepada Allah.

Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang bakal menjemputmu? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan kengerian yang ada di dalamnya? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis karena takut kepada api Neraka di Hari Kiamat nanti? Sesungguhnya kematian pasti menghancurkan kenikmatan para penikmatnya. Oleh itu, carilah (kenikmatan) hidup yang tidak ada kematian di dalamnya. Ya Allah, tolonglah kami ketika sakaratul maut!

Justru, bersamalah kita pikirkan MALAM PERTAMA ini dengan mata hati.. Semoga cahaya kesadaran bersarang di hati kita dan nur keinsafan tertancap sekaligus melimpahi jiwa-jiwa kita. Semoga kita semua terlepas dari azab kubur dan beroleh nikmat SurgaNya di Akhirat kelak. Amiin Ya Rabbal Alamin.
Wallahu ala wa alam bissawab.

Mengacuhkan Al Quran

MENGACUHKAN AL QURAN

“Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan.” ( QS Al Furqon (25): 30)


Saudaraku, kita terpisah waktu yang jauh dengan Nabi Muhammad saw. Kini kita sudah berada di tahun 1428 Hijriyah, itu artinya kita terpaut sekitar 1500 tahun lamanya dengan saat wahyu pertama turun kepada Beliau saw. Pada saat Beliau saw diutus menjadi Rasul di muka bumi ini, keimanan para sahabat sungguh luar biasa. Ada sahabat yang sepanjang hidupnya hanya beribadah terus –walaupun kemudian Rasulullah mengingatkan bahwasanya tubuh juga memiliki hak demikian juga dengan keluarga- ada yang bisa mengkhatamkan Al Quran dalam 3 hari, dan lain-lain. Rasulullah sendiri menganjurkan membaca Al Quran maksimal 3 juzz sehari.

Demikianlah para sahabat yang menjadi murid-murid Rasulullah dalam menanamkan ibadah secara keras dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tidak heran jika kemudian banyak di antara mereka yang menjadi da’i penerus Rasulullah sepeninggal Beliau. Mereka digambarkan laksana singa di siang hari dan bagaikan rahib di malam hari. Mereka meluangkan waktu, dan meninggalkan tidur mereka untuk berjumpa dengan Allah SWT.

Saudaraku, jika para sahabat demikian keras membina diri mereka dalam melaksanakan segala perintah Allah tanpa banyak bertanya dan bicara. Apa mungkin para sahabat berani mengacuhkan Al Quran? Jawabnya tentu tidak. Karena Al Quran bagi mereka benar-benar suatu panduan mereka dan pegangan untuk meniti hidup. Kalau begitu siapa yang dikeluhkan oleh Rasulullah?

Seakan-akan Beliau saw melihat kita yang hidup beratus-ratus tahun sesudahnya, seakan-akan Beliau tahu bahwa kita umatnya, kaum Muslimin mengacuhkan Al Quran. Bagaimana kita tidak mengacuhkan Al Quran, membaca Al Quran saja kita jarang. Apalagi disertai memahami maknanya. Apalagi sampai menjalankan perintah dalam Al Quran secara paripurna (kaffah). Ya kitalah ternyata yang memang mengacuhkan kitab suci kita sendiri. Pernahkah kita berpikir, sudah berapa lama telah kita miliki kitab Al Quran dan berapa lembar yang telah kita baca kemudian kita hayati atau kita hapalkan. Tidak usah jauh-jauh, sudah berapa juz yang kita hapal dari Al Quran? Jangankan berapa juz, kadang hanya untuk menghapalkan juzz ‘ama (juzz 30) saja kita belum tentu hapal. Padahal jika kita mau menghapal dan mengambil pelajaran dari Al Quran, Allah sendiri telah menjanjikan kemudahan bagi kita. Mari kita simak “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS Al Qomar (54):17).

Saudaraku, apa kiranya nanti yang akan kita sampaikan kepada Allah jika kita ditanya tentang umur kita? Umur kita digunakan untuk apa? Apakah kita akan berani mengatakan, “Wahai Tuhan kami, kami adalah pewaris Al Quran, dan kami gunakan umur kami untuk mempelajari Al Quran dan menjalankan perintah di dalamnya.”

Rasa-rasanya kita belum pantas jika disebut pewaris Al Quran, dan rasa-rasanya kita belum bisa dikatakan melaksanakan perintah Al Quran. Isi Al Quran saja kita tidak paham.

Saudaraku, hendaklah masing-masing dari kita ingat apa yang sudah kita persiapkan untuk menjemput ajal. Sekali lagi mari kita simak Al Quran kita yang suci: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Hasyir (59):18).

Ingatlah, jika kita memang senantiasa berusaha mempelajari Al Quran, tentu Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha kita. Allah akan mengumpulkan Al Quran di dalam hati kita, sehingga akhlaq Al Quran akan tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari. “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. ” (QS Al Qiyamah (75):16-17).
3Saudaraku mudah-mudahan, kita bukan termasuk golongan orang-orang yang tidak mengacuhkan Al Quran. Dan sebagai konsekuensinya, tentu kita harus membaca, mempelajari dan mengamalkan. Jangan sia-siakan waktu kita untuk hal-hal remeh, jika waktu senggang, bacalah Al Quran. Insya Allah, hati kita akan diterangi Nur Allah. Amien

Minggu, 23 September 2007

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (QS Ali Imron (3): 8)

Seratus Rupiah

Di zaman sekarang, apa yang bisa kita beli dengan uang seratus rupiah? Pakaian? Rumah? Makanan? Tentu saja uang itu tidak akan bisa untuk membeli semua itu. Kecuali kita berhutang pada penjualnya. Tetapi percayakah Anda, bahwa uang seratus rupiah bisa kita gunakan untuk membangun sekolah, membiayai kuliah dan lain-lain?

Bangsa Indonesia dikaruniai jumlah penduduk yang luar biasa padatnya. Lebih dari 200 juta jiwa mendiami negeri ini. Bayangkanlah jika setiap jiwa di negeri ini mengikhlaskan seratus rupiah setiap minggunya. Akan terkumpul 20 milyar rupiah setiap minggunya, dan terkumpul 80 milyar setiap bulannya. Sebuah angka yang tidak kecil, dan percayalah bangsa kita pasti sanggup membiayai dirinya tanpa harus bergantung dengan bantuan luar negeri –yang seringkali menyeret negeri kita dengan utang yang demikian besar dan tidak bisa terbayar-

Seratus rupiah bukan nominal yang besar, tetapi dengan keikhlasan dan rasa tolong menolong serta semangat gotong royong, seratus rupiah kita bisa berkembang menjadi milyaran rupiah. Kita bisa membantu pemerintah mengatasi krisis dan bencana yang datang bertubi-tubi. Pepatah China mengatakan, “Jarak 1000 mill, bisa ditempuh dengan melewati mill yang pertama.” Jika bukan sekarang kapan lagi? Mari kita besarkan uang 100 rupiah kita.

Nasib Si Buruk Rupa

Nasib Si Buruk Rupa

Suatu hari ada seekor kupu-kupu terperangkap dalam sarang laba-laba. Kupu-kupu malang ini berontak ke sana-kemari untuk melepaskan diri dari jerat sarang laba-laba. Namun semua sia-sia, bahkan jeratan sarang itu semakin kuat.

Di tengah perjuangan hidup dan mati ini, lewatlah seorang anak kecil. Anak ini memperhatikan perjuangan kupu-kupu malang. Timbullah rasa iba di hati anak. Sambil melepaskan kupu-kupu ini dari jerat sarang laba-laba, anak ini berkata, “Kasihan engkau kupu-kupu cantik. Tentu engkau sudah kepayahan dari tadi untuk melepaskan diri. Lain kali hati-hati ya, sekarang terbanglah cantik. Hiasi awan dengan sayapmu yang indah.” Dan kupu-kupu pun selamat dari jerat. Seakan tahu berterima kasih kupu-kupu ini mengitari si anak kemudian terbang bebas ke angkasa.
Beberapa hari berselang, anak ini melewati tempat di mana kupu-kupu pernah terjerat sarang laba-laba. Dan ternyata di sarang laba-laba yang sama kini telah terjerat pula seekor ulat yang malang. Rupanya ulat ini terjatuh manakala sedang mencari makan. Ulat malang ini berjuang sekuat tenaga melepaskan diri dari jerat itu. Seluruh tubuhnya berontak namun tak jua membuahkan hasil. Justru ulat malang ini semakin terjebak dan terikat. Anak ini memperhatikan perjuangan ulat malang itu, namun anak ini tidak segera bertindak untuk menolong ulat malang ini. Anak ini berkata, “Salahmu sendiri kau ulat buruk rupa tidak berhati-hati. Kena batunya kan sekarang. Biar saja jerat itu membungkus dirimu dan engkau akan dimangsa laba-laba.” Setelah berkata seperti itu, si anak segera meninggalkan ulat malang yang sedang berjuang hidup dan mati tanpa perasaan sesal sedikitpun.

Kasihan ya, ternyata untuk bisa ditolong harus cantik terlebih dahulu… Disadari atau tidak tapi ternyata itulah yang kita lakukan sehari-hari. Selalu kita lihat siapa dia, rupanya, hartanya dan kedudukannya. Seorang tenaga medis akan melihat pasiennya orang berada atau tidak, keluarga miskin atau bukan, dan lain-lain. Sehingga disadari atau tidak seringkali tenaga medis meremehkan keluarga miskin dan mengutamakan mereka yang berpunya. Seorang praktisi hukum akan mencari jalan untuk membenarkan kliennya yang sanggup membayar mahal, sehingga disadari atau tidak kebenaran bisa dibeli dengan uang. Sekali lagi, kasihan ya…untuk bisa ditolong ternyata harus cantik dulu, harus kaya dulu. Bersyukurlah bagi hamba-hamba Allah yang ikhlas, dan menjalankan profesinya karena ibadah karena-Nya.

Lukisan

Lukisan


Seorang anak berusia 6 tahun begitu berbakat dalam melukis. Karya-karyanya membuat para kritikus kagum sekaligus heran, karena hanya setengah dari kanvas lukisan-lukisan itu yang terisi. Karena tak kunjung dapat memecahkan keheranannya, mereka mencoba meminta bantuan ahli psikologi. Dan ahli psikologi mengadakan berbagai tes, tapi tak juga kunjung dapat menemukan jawabnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menanyakan langsung kepada anak tersebut.

“Mengapa kau selalu membiarkan setengah dari kanvasmu polos?”

“Sebab,” kata si anak, “Saya tidak cukup tinggi untuk mencapai bagian kanvas yang sebelah atas itu.”

Sungguh terkadang jawaban untuk sesuatu itu sangat sederhana, tetapi sering kali justru kitalah yang membuat jawaban itu menjadi sulit.

Nenek Sebenarnya ...

Nenek Sebenarnya...


Dalam sebuah perjalanan kereta api, seorang anak muda duduk berhadap-hadapan dengan seorang nenek. Selama lebih dari setengah jam si anak muda sibuk mengunyah-ngunyah permen karetnya. Si nenek terus mencondongkan kepalanya ke wajah anak muda itu. Dan akhirnya berkatalah nenek:

“Nak, terimakasih atas usahamu untuk bercakap-cakap dengan nenek. Tapi perlu anak ketahui bahwa nenek sebenarnya tuli.”
Lucu Ya...


Lucu ya, uang Rp 20.000-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket .


Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepakbola .


Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop.


Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman.

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller 100 halaman pun habis dilalap.

Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser, dan berebut cari saf paling belakang bila Jumatan agar bisa cepat keluar.

Lucu ya, kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa disiapkan di agenda kita, tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah seketika.

Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip.

Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Quran.

Lucu ya, semua orang penginnya masuk surga tanpa harus beriman, berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa.

Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali.

LUCU YA ? "Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. (QS. 33:47)"

Penghuni Surga

Penghuni Surga

"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni - penghuni surga ; mereka kekal di dalamnya." [Al A'raaf , ayat 42]


Di suatu hari Nabi sedang duduk di Masjid bersama para sahabatnya. Tiba-tiba Nabi berseru, "Akan datang penghuni surga." Serentak para sahabat memandang ke arah pintu. Ternyata datanglah seorang sahabat yang memberi salam pada mejelis Nabi lalu shalat. Keesokan harinya lagi, pada sitausi yang sama, Rasul berseru, "Akan datang penghuni surga." Tiba-tiba hadir dari arah pintu sahabat yang kemaren juga digelari Rasul penghuni surga. Selepas bubarnya mejelis Nabi, seorang sahabat mengejar "penghuni surga" tersebut.
Ia berkata, "Maafkan saya wahai saudaraku. Aku bertengkar dengan keluargaku bolehkah aku barang satu-dua hari menginap di rumahmu?" "Penghuni surga" ini lalu berkata, "Baiklah..." Satu hari berlalu, dua hari berlalu dan tiga hari pun berlalu. Akhirnya sahabat ini tak tahan dan berkata pada "penghuni surga".
"Wahai saudaraku sebenarnya aku telah berbohong padamu. Aku tak bertengkar dengan keluargaku. Aku bermalam di rumahmu untuk melihat apa amalanmu karena aku mendengar rasul menyebutmu penghuni surga. Tapi setelah aku perhatikan amalan mu sama dengan apa yang aku kerjakan. Aku jadi tak mengerti..."
"Penghuni surga" itu menjawab, "Maafkan aku, memang inilah aku! Ibadah yang aku jalankan tidak kurang- tidak lebih sebagaimana yang engkau saksikan selama tiga hari ini. Aku tak tahu mengapa Rasul menyebutku "penghuni surga". Sahabat itu lalu pergi meninggalkan "penghuni surga". Tiba-tiba "penghuni surga" itu memanggil sahabat tersebut. "Saudaraku, aku jadi teringat sesuatu. Aku tak pernah dengki pada sesama muslim. Mungkin ini......"
Sahabat tersebut langsung berseru, "Ini dia yang membedakan engkau dengan kami. Ini dia rahasianya mengapa Rasul menyebutmu penghuni surga. Ini yang tak dapat kami lakukan."
Ternyata, soal dengki ini bukan persoalan sepele. Ada seorang tukang sate. Alhamdulillah satenya yang memang empuk itu laris bukan main. Tetangganya mulai mencibir dan menuduh si Tukang sate memelihara tuyul. Ketika anak si Tukang Sate kecelakaan, lagi-lagi tetangganya mencibir, "Rasakan! itulah tumbal akibat main tuyul!" Lihatlah kita. Apakah kita bertingkah laku persis tetangga Tukang Sate tersebut? Kita tak rela kalau saudara kita memiliki nilai "lebih" di mata kita. Repotnya, rumput tetangga itu biasanya terlihat lebih "hijau" dibanding rumput kita. Kita dengki dengan keberhasilan saudara kita. Ada seorang wanita karir yang berhasil. Karena beban kerjanya dia sering kerja lembur sampai baru pulang saat larut malam. Tetangganya menuduh ia wanita jalang. Ketika dari hasil jerih payahnya ia mampu membeli mobil, tetangganya ribut lagi, kali ini ia disebut "simpanan seorang bos". Masya Allah! Bukannya belajar dari keberhasilan saudara kita tersebut, kita malah mencibir dan menuduhnya yang bukan-bukan. Dengki adalah persoalan hati. Dari dengki biasanya lahir buruk sangka, kemudian dari buruk sangka biasanya lahir fitnah dan tuduhan, untuk menyebarkan fitnah ini kita bergosip kemana-mana sambil menggunjingkan perilaku orang tersebut. Lihatlah, bermula dari dengki kemudian menyusul perbuatan dosa yang lain! Sulit sekali menghilangkan rasa dengki tersebut.
Untuk itu marilah kita minta perlindungan-Nya: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan KEDENGKIAN dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS 59:10)

Rabu, 19 September 2007

Manusia Berhadapan Dengan Enam Persimpangan

Manusia Berhadapan Dengan Enam Persimpangan

Abu Bakar ra berkata: “Sesungguhnya Iblis berdiri di depanmu, jiwa di sebelah kananmu, nafsu di sebelah kirimu, dunia di belakangmu, dan semua anggota tubuhmu berada di sekitar tubuhmu. Sedangkan Allah di atasmu. Sementara Iblis terkutuk mengajakmu meninggalkan agama, jiwa mengajakmu ke arah maksiat, nafsu mengajakmu memenuhi syahwat, dunia mengajakmu memilihnya dari pada memilih akhirat, dan anggot atubuhmu mengajakmu melakukan dosa. Dan Tuhan mengajakmu masuk surga serta mendapat keampunan-Nya.

Barang siapa yang memenuhi ajakan Iblis, maka hilang agama dari dirinya. Barang siapa yang memenuhi ajakan jiwanya, maka hilang darinya nilai ruhaninya. Barang siapa yang memenuhi ajakan dunia, maka hilang akhirat dari dirinya. Barang siapa memenuhi ajakan anggota tubuhnya, maka hilang surga dari dirinya.

Dan barang siapa yang memenuhi ajakan Allah SWT, maka hilang darinya semua kejahatan dan ia memperoleh semua kebaikan.”

Iblis adalah musuh manusia, sementara manusia adalah sasaran Iblis. Oleh karena itu manusia hendaklah senantiasa berwaspada sebab Iblis senantiasa melihat tepat pada sasarannya.

Iblis dan Nabi Yahya as

Iblis dan Nabi Yahya as

Dari Tsabit al Bannany ra, dia berkata : Iblis pernah muncul di hadapan Nabi Yahya as bin Nabi Zakaria as. Beliau melihat banyak barang-barang yang menggantung pada diri Iblis. Yahya bertanya, “Wahai Iblis, apakah yang barang-barang yang menggantung pada dirimu.”

“Ini adalah nafsu-nafsu yang ku pergunakan untuk mengail anak-anak Adam.”

Yahya as bertanya, “Apakah ada pula yang ditujukan untukku.”

Iblis menjawab, “Boleh jadi perutmu kenyang, lalu aku membuatmu merasa berat melaksanakan sholat dan berdzikir.”

“Adakah selain itu?”
Iblis menjawab, “Tidak ada, demi Allah.”

Yahya as berkata, “Demi Allah, aku tidak akan membuat perutku kenyang karena makanan selama-lamanya.”

Iblis berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memberikan nasehat kepada orang Muslim selama-lamanya.”

Lima Peringatan Iblis La'natullah

Lima Peringatan Iblis La’natullah


Dari Salim bin Abdullah ra, dia berkata, “Tatkala Nuh as sedang naik perahu, beliau melihat laki-laki tua (penjelamaan Iblis) yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya. Nuh as bertanya, ‘Apa yang mendorongmu masuk ke perahu ini?’

Orang tua itu menjawab, ‘Aku masuk ke sini untuk mengambil hati rekan-rekanmu bersamaku dan membiarkan badan mereka bersamamu.’

‘Keluarlah hai musuh Allah!’ kata Nuh as
Iblis berkata, ‘Aku akan merusak manusia dengan lima perkara. Aku akan memberitahukan 3 dari padanya dan tidak akan memberitahukan 2 lainnya.’

Lalu Allah mewahyukan kepada Nuh as, ‘Kamu tidak memerlukan 3 perkara itu. Maka suruhlah Iblis memberitahukan yang 2 perkara itu.’

Iblis berkata, ‘Dengan 2 perkara itu aku akan menggoda manusia yaitu dengki dan serakah. Karena dengki aku dilaknat dan dijadikan syetan yang terkutuk. Karena serakah aku memberi kesempatan Adam untuk berada di surga lalu aku dapat menggodanya, sehingga dia pun dikeluarkan dari surga.’

Dari riwayat yang sama, bahwa dia berkata, “Iblis bertemu Musa as, seraya berkata, ‘Wahai Musa, engkau orang yang telah dipilih Allah untuk membawa risalah-Nya dan berbicara kepadamu dengan suatu pembicaraan. Sedangkan aku yang diciptakan Allah, aku berdosa dan ingin bertaubat. Karena itu mintakanlah syafaat kepada Rabb-ku Azza wa Jalla agar Ia mengampuniku.’

Maka Musa as berdoa kepada Allah. Kemudian dikatakan kepada beliau, ‘Wahai Musa kamu telah memenuhi kebutuhanmu.’

Selanjutnya Musa bertemu dengan Iblis dan berkata kepadanya, ‘Engkau diperintahkan untuk bersujud ke kuburan Adam, setelah itu dosamu diampuni.’

Namun Iblis merasa sombong dan menjadi marah, lalu ia berkata, ‘Aku tidak sudi sujud kepadanya selagi masih hidup. Lalu apakah aku harus bersujud kepadanya sesudah mati?’ Lalu Iblis berkata lagi, ‘Hai Musa, engkau mempunyai hak atas diriku karena engkau telah memintakan syafaat bagiku kepada Rabb-mu. Maka ingatlah aku pada saat tiga hal, niscaya aku tidak akan berbuat kerusakan karenanya.
1. Ingat-ingatlah aku tatkala marah. Aku adalah bara di dalam hatimu dan mataku ada di dalam matamu, serta aku berjalan menurut aliran darah.
2. Ingat-ingatlah aku tatkala menghadapi pasukan musuh, karena aku mendatangi anak Adam tatkala berhadapan dengan pasukan musuh, lalu aku aku ingatkan ia pada keluarganya, istrinya, dan anaknya sehingga ia mengundurkan diri dari medan perang.
3. Dan janganlah sekali-kali engkau duduk berdua dengan seorang wanita lain mahrom, karena aku merupakan utusannya bagimu dan merupakan utusnmu baginya.
(Talbis Iblis, Ibnul Jauzy)

Cara Iblis Menggoda

Cara Iblis Menggoda
“Memandang wanita adalah anak panah dari anak-anak panah Iblis yang beracun, barangsiapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya pahala iman yang ia rasakan manisnya di dalam hati.” (HR Ahmad)
Dari Hasan bin Sholih, dia berkata, “Aku pernah mendengar syetan berkata kepada wanita: ‘Engkau adalah separuh dari pasukanku, engkau adalah anak panah dan aku tidak pernah salah sasaran. Engkau menyimpan rahasiaku dan engkau adalah utusanku jika kubutuhkan.’ “

Dari Mukhallad bin al Husain, dia berkata, “Tidaklah Allah memerintahkan hamba kepada sesuatu, melainkan Iblis menghambatnya dengan 2 perkara, dan Iblis tidak akan peduli dengan cara yang mana ia akan berhasil mempengaruhi seseorang. Entah dengan sikap berlebih-lebihan atau dengan sikap meremehkan.”
Tipu Daya Setan

Ada seorang ahli ibadah (‘Abid) dari kalangan Bani Israil, yang merupakan ahli ibadah pada masanya. Tersebutlah tiga bersaudara yang memiliki satu-satunya saudara perempuan yang masih perawan.Suatu ketika, ketiga orang ini ingin pergi ikut berjihad di jalan Allah namun mereka tidak tahu kepada siapa saudara perempuan mereka itu akan dititipkan dan mendapatkan tempat yang aman padahal orang tua mereka sudah meninggal dunia. Lalu bersepakatlah mereka untuk menitipkannya kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil tersebut sebab hanya dia yang mereka percayai.
Karena itu, mereka mendatangi orang tersebut dan memintanya agar bersedia menerima titipan saudara perempuan mereka tersebut sehingga ia bisa tinggal dulu di sampingnya hingga mereka pulang kembali dari perjalanan namun si ahli ibadah ini menolaknya dan berlindung kepada Allah dari mereka dan sikap mereka tersebut.

Karena terus didesak dan mereka tetap ngotot, akhirnya dia pun bersedia menerima seraya berkata, “Tolong inapkan dia di sebuah rumah di dekat tempat ibadah yang khusus untukku.” Maka mereka pun membawanya ke tempat itu, kemudian berangkat dan meninggalkannya.

Wanita, saudara perempuan ketiga orang itu pun menginap di rumah sang ahli ibadah itu hingga beberapa masa. Selama itu, dia turun dari tempat ibadahnya (yang berada di atas dan berdampingan dengan rumah di mana wanita itu tinggal) untuk memberinya makan, memanggilnya, lalu wanita itu keluar untuk mengambil makanan yang diletakkannya di suatu tempat.

Maka, syaithan pun memainkan perannya; pertama-tama ia pura-pura peduli dengan si ahli ibadah ini dengan mensugestinya terus agar berbuat baik, akan tetapi ia menyayangkan keluarnya si wanita itu dari rumahnya pada siang hari dengan menakut-nakutinya bahwa cara seperti itu bisa saja dilihat seseorang lalu tertarik padawanita itu. Dia lalu menganjurkan, “Andaikata kamu sendiri yang berjalan dan meletakkan makanannya di pintu rumah, tempat si wanita itu, tentulah pahalanya bagimu lebih besar.” Si Iblis terus menggodanya dengan hal itu hingga akhirnya, si ahli ibadah itu mengikutinya. Dia datang ke rumah, tempat wanita itu menginap, membawa makanan itu sendiri dan meletakkannya di depan pintunya namun tidak berbicara sepatah kata pun dengannya. Kondisi ini berjalan beberapa lama.
Kemudian Iblis itu datang lagi seraya mensugestinya untuk senantiasa berbuat kebaikansehingga mendapatkan pahala. Dia berkata, “Andaikata kamu berbicara dengannyasehingga dia bisa merasa terhibur denganmu.Sebab ia tentu dicekam kesepian yang amatsangat.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia berani mengajak si wanita itu berbicara sekalipun sembari melihat dari tempat ibadahnya yang berada di bagian atas.Setelah itu, Iblis mendatanginya lagi seraya berkata, “Andaikata kamu menghampirinya dengan duduk di pintu tempat ibadahmu seraya mengajaknya berbicara sementara ia juga duduk di pintu rumahnya sambil berbicara denganmu, tentulah ini lebih baik dan lebih membuatnya terhibur (tidak kesepian).” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia pun turun dan duduk di pintu tempat ibadahnya sambil mengajak berbicara si wanita itu yang juga keluar dari rumahnya sambil duduk di pintunya guna meladeninya berbicara. Kondisi ini pun berjalan beberapa lama.
Kemudian Iblis itu datang lagi seraya tidak lupa mensugestinya untuk berbuat kebaikan dan meraih pahala terhadap apa yang dilakukannya. Ia bertutur, “Andaikata kamu keluar saja dari tempat ibadahmu itu, kemudian duduk di dekat pintu rumahnya lalu mengajaknya bicara tentulah akan lebih membuatnya merasa terhibur lagi dan akan lebih baik baginya.”
Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia melakukannya juga. Kondisi itu pun berjalan beberapa lama.
Kemudian Iblis datang lagi sembari terus mensugestinya untuk berbuat kebaikan. Iaberkata, “Andaikata kamu mendekatinya dan duduk di samping pintu rumahnya lalu berbicara dengannya tetapi dia tidak usah keluar dari rumahnya, tentu lebih baik.” Maka dia pun melakukannya; turun dari tempat ibadahnya, berdiri di depan pintu si wanita itu lalu berbicara dengannya. Kondisi ini berjalan untuk beberapa waktu.
Setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata, “Andaikata kamu masuk bersama-samadengannya lalu berbicara akan tetapi dia tidak usah menampakkan wajahnya kepada siapapun, tentulah lebih baik bagimu.” Iblis terus menggodanya hingga si ahli ibadah ini pun memasuki rumah si wanita lalu mengajaknya berbicara sepanjang siang hari itu dan begitu siang sudah habis, ia kembali naik ke tempat ibadahnya.
Keesokan harinya, Iblis datang lagi dan terus membuatnya terbayang-bayang dengan si wanita tersebut hingga akhirnya si ahli ibadah berani memegang pahanya dan menciumnya. Iblis terus memperdayanya dengan membuat hal demikian elok di hadapan matanya dan menggodanya hingga akhirnya dia berbuat zina dengan wanita itu dan menghamilinya. Wanita itu pun kemudian melahirkan anak dari hasil hubungan gelap mereka.

Tak berapa lama setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata kepada si ahli ibadah, Menurutmu, apa yang dapat kamu perbuat bila saudara-saudara si wanita itu datang lalu mendapatinya telah melahirkan seorang anak? Tidak, Aku tidak dapat menjamin bahwa ia (wanita) tidak membuka rahasia terhadap aib itu atau pun mereka nantinya berhasil menyingkap aibmu. Karena itu, pergilah ke anak itu lalu goroklah dia dan kuburkan, pasti ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara karena takut saudara-saudaranya akan berbuat kasar terhadapmu begitu mengetahui apa yang telah kamu lakukan terhadapnya.” Maka, si ahli ibadah ini pun menuruti saja bujukan Iblis itu dengan membunuh anak hasil hubungannya dengan wanita tersebut.

Kemudian Iblis berkata lagi, “Menurutmu, apakah ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara kepada saudara-saudaranya mengenai perlakuanmu terhadapnya dan anaknya yang telah kamu bunuh? Tidak, karena itu, singkirkan dan goroklah dia lalu kuburkan bersama anaknya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya ia pun menggorok wanita itu dan membuang kedua mayat itu ke dalam sebuah lubang, lalu menyumbatnya dengan batu besar kemudian tanahnya diratakan kembali. Setelah itu, ia naik ke tempat ibadahnya seraya terus melakukan ritual. Kondisi ini berlangsung beberapa lama hingga kemudian saudara-saudara wanita itu pulang dari berperang. Mereka datang seraya menanyakan keadaan saudara perempuan mereka. Namun, si ahli ibadah ini dengan mimik sedih menyampaikan bela sungkawanya kepada mereka atas kematiannya dan mendoakan semoga Allah merahmati arwahnya.
Mendengar kejadian itu, mereka berniat tinggal beberapa hari di kuburannya, untuk kemudian kembali menemui sanak saudara mereka.

Begitu malam tiba dan mereka sudah tertidur pulas, datanglah syaithan dalam mimpi mereka menyamar sebagai seorang laki-laki yang sedang bepergian. Lalu ia memulai pertanyaannya kepada kakak sulung dari tiga bersaudara tersebut mengenai kondisi saudara perempuan mereka. Maka si kakak sulung itu memberitahukan kepadanya seperti yang telah dikatakan si ahli ibadah itu mengenai kematiannya, bagaimana dia berbelasungkawa dan menunjukkan lokasi dikuburkannya saudara perempuan mereka tersebut, akan tetapi syaithan –yang menyamar tersebut- menyangkal ucapan si ahli ibadah dan menganggapnya telah berdusta, seraya berkata, “Ia tidak berbicara jujur pada kalian mengenai saudara perempuan kalian tersebut. Sebenarnya, dia telah menghamilinya lalu lahirlah seorang anak, kemudian si ahli ibadah itu menggoroknya dan anak itu karena takut kepada kalian, setelah itu, dia melempar keduanya ke dalam lubang yang digalinya di belakang pintu rumah tempat tinggal sudara wanita kalian itu, tepatnya di sebelah kanan orang yang masuk ke sana. Pergilah ke sana, lalu masuklah ke rumah itu, pasti kalian akan menemukan mayat keduanya sebagaimana yang telah aku beritahukan kepada kalian ini.”

Iblis kemudian mendatangi mimpi saudara nomor dua mereka dan mengatakan kepadanya persis seperti yang dikatakannya kepada kakak sulung mereka, kemudian ia datang lagi ke dalam mimpi si bungsu dan mengatakan hal yang sama.
Tatkala bangun, mereka tertegun-tegun terhadap apa yang masing-masing mereka lihat dalam mimpi. Akhirnya masing-masing bertemu dan berkata kepada saudaranya, “Semalam aku melihat sesuatu yang aneh di dalam mimpi.”

Masing-masing saling menceritakan apa yang dilihatnya. Maka, berkatalah si kakak sulung, “Ini hanyalah mimpi belaka, tidak akan ada apa-apa. Ayo kita berangkat dan anggap saja hal ini sebagai angin lalu.”
“Demi Allah, aku tidak akan berangkat hingga mendatangi tempat tersebut lalu melihat apa yang ada di dalamnya,” kata si bungsu.
Akhinrya, mereka semua menuju ke rumah di mana saudara perempuan mereka pernah tinggal tersebut. Mereka buka pintunya dan mencari lokasi seperti yang disebutkan di dalam mimpi mereka. Ternyata, mereka mendapati saudara perempuan mereka dan anaknya dalam kondisi tergorok di dalam sebuah lubang sebagaimana yang dikatakan kepada mereka dalam mimpi itu. Lalu mereka menanyakan kebenaran hal itu kepada si ahli ibadah, maka ia pun membenarkan apa yang dikatakan Iblis pada mereka di dalam mimpi itu berkenaan dengan apa yang telah diperbuatnya terhadap ke-dua orang tersebut (si wanita dan anaknya).
Mereka kemudian mengangkat perkara tersebut kepada raja, menurunkannya dari tempat ibadahnya dan menghadirkannya untuk disalib. Tatkala mereka telah mengikatnya di atas kayu untuk dibunuh, datanglah Iblis menjumpai si ahli ibadah itu seraya berkata, “Aku lah temanmu yang tempo lalu telah mengujimu dengan wanita tersebut sehingga ia hamil dan anaknya engkau bunuh. Jika sekarang ini kamu mau patuh padaku dan kafir terhadap Allah Yang menciptakan serta membentukmu, aku akan menyelematkanmu dari kondisimu saat ini.” Maka, si ahli ibadah itupun menjadi kafir kepada Allah. Tatkala ia telah menyatakan kekafirannya, syaithan pun lari dan membiarkan urusannya dengan orang-orang diselesaikan sehingga mereka pun menyalibnya, lalu ia pun dibunuh.
Dan ayat yang berkenaan dengan kejadian ini sebagai permisalan adalah firman-Nya, “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaithan ketika dia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu.’ Maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim.” (QS. Al- Hasyr:16-17)

Doa Makan

Doa Makan


Seorang musafir sedang berjalan di dalam hutan, ketika tiba-tiba ia bertemu dengan seekor singa yang besar. Tidak ada yang dapat dilakukannya kecuali berlutut, menengadahkan tangan, menutup mata dan mulai berdoa. Ketika selesai berdoa dan membuka mata, dilihatnya singa di hadapannya itu juga sedang berlutut, mengatupkan kedua kaki depannya, menutup mata dan berdoa.

Musafir itu menengadah ke langit, “Bukan main ternyata yang saya hadapi ini adalah singa yang baik...”

Sambil tetap menutup matanya, singa menggumam, “Ya, dan singa yang baik selalu tidak lupa berdoa sebelum menyantap makanannya...”

Sakit Arthritis

Sakit Arthritis


Seorang pemabuk dari desa berjalan sempoyongan menemui Pastor Paroki. Dengan membawa surat kabar ia memberi salam hormat. Pastor itu merasa terganggu dan mengabaikan salam itu karena orang itu sedang dalam keadaan agak mabuk.

Namun ternyata ia datang dengan maksud tertentu, “Maaf pastor ,” katanya, “Tahukah pastor apa yang menyebabkan arthritis itu?” Pastor juga mengabaikan pertanyaan itu.

Tetapi ketika orang itu mengulangi lagi pertanyaannya, pastor itu dengan agak marah berpaling kepadanya dan berteriak, “Minuman keras menyebabkan arthritis! Berjudi menyebabkan arthritis! Pergi ke pelacuran menyebabkan arthritis...” Dan baru kemudian, sudah terlambat ia bertanya, “Mengapa kau tanyakan itu?”
“Karena dalam surat kabar ini dikatakan bahwa Paus menderita sakit arthritis...”
(Doa Sang Katak Volume 1, Anthony de Mello)

Kegagalan

Kegagalan


Jangan pernah menyangka bahwa seorang pahlawan selalu meraih prestasi-prestasinya dengan mulus atau bahkan tidak mengenal kegagalan. Kesulitan-kesulitan adalah rintangan yang diciptakan oleh sejarah dalam menuju kepahlawanan. Dan karena itu, peluang kegagalan sama besarnya dengan peluang keberhasilan. “Kalau bukan karena kesulitan, maka semua orang akan menjadi pahlawan,” kata seorang penyair Arab.

Membebaskan kota Konstantinopel bukanlah pekerjaan mudah bagi seorang pemuda berusia 23 tahun setangguh Muhammad al Fatih Murad. Pembebasan pusat kekuasaan Imperium Romawi itu, kata orientalis Hamilton Gibb adalah sebuah mimpi delapan abad dari kaum Muslimin. Semua serangan gagal meruntuhkan perlawanan kota itu sepanjang abad-abad itu. Dan serangan-serangan awal Muhammad al Fatih Murad juga mengalami kegagalan. Kegagalan itu sama dengan kegagalannya sebagai pemimpin negara ketika pada usia 16 tahun ayahnya menyerahkan kekuasaan padanya.

Tapi bila Muhammad al Fatih kemudian berhasil merebut kota itu, kita memang perlu mencatat pelajaran ini, “Bagaimana seorang pahlawan dapat melampaui kegagalannya dan merebut takdirnya sebagai pahlawan?”

Rahasia pertama adalah mimpi yang tidak pernah selesai. Kegagalan adalah perkara teknis bagi sang pahlawan. Ia tidak boleh menyentuh setitik pun wilayah mimpinya. Mimpi tidak boleh selesai karena kegagalan. “Dan tekad seperti itu akan merubah rintangan dan kesulitan menjadi sarana mencapai tujuan, “kata seorang penyair.

Rahasia kedua adalah semangat pembelajaran yang konstan. Seorang pahlawan tidak pernah menganggap dirinya Superman atau Malaikat. Ia tetaplah manusia biasa. Dan kegagalan merupakan bagian dari tabiat hidup manusia, maka ia ‘memaafkan’ dirinya untuk kegagalan itu. Tapi ia tidak berhenti sampai di situ. Kegagalan adalah objek penghalang yang harus dipelajari untuk kemudian diubah menjadi pintu kemenangan. Dan demikianlah kita seharusnya mendefinisikan pengalaman: “Bahwa ia adalah intervensi pembelajaran yang membantu proses penyempurnaan seluruh faktor keberhasilan dalam hidup.”

Rahasia ketiga adalah kepercayaan terhadap waktu. Setiap peritiwa ada waktunya, maka setiap kemenangan ada jadwalnya. Ada banyak rahasia yang tersimpan dalam rahim sang waktu dan biasanya tidak tercatat dalam kesadaran kita. Tapi para pahlawan biasanya memiliki cara lain untuk mengenalinya atau setidak-tidaknya meraba rasakan, yaitu firasat. Mereka ‘memfirasati zaman’ walaupun mungkin benar mungkin salah tapi berguna untuk membentuk kecenderungannya. Tapi firasat bagi mereka adalah faktor intuituf yang menyempurnakan faktor rasional. Perhitungan-perhitungan rasional harus tetap ada, tapi keputusan untuk melangkah pada akhirnya bersifat intuitif. Begitulah akhirnya takdir kepahlawanan terjembatani dengan firasat untuk sampai ke kenyataan (Anis Matta)

Qiyamul Lail

Qiyamul Lail

Imam Hasan al Bana menghadiri sebuah muktamar. Seusai muktamar kurang lebih jam 12 malam, Imam Hasan bersama Umar Tilmisani bergegas menuju kamar. Masing-masing berbaring di atas tempat tidurnya sendiri.

Beberapa menit kemudian Imam bertanya, “Umar, apakah engkau sudah tidur?”

Umar menjawab, “Belum.”

Beberapa saat kemudian Imam bertanya seperti itu lagi, dan dijawab dengan jawaban yang sama.

Umar berkata dalam hati, jika Imam Hasan bertanya lagi maka aku tidak akan menjawabnya.

Imam Hasan mengira bahwa Umar telah tidur, kemudian Imam keluar mengendap-endap dengan pelan-pelan dari kamar seraya menenteng kedua sandalnya ke tempat wudhu untuk berwudhu. Kemudian pergi ke ruang paling ujung lalu menggelar sajadah dan mulai melaksanakan sholat Tahajjud.

Minggu, 16 September 2007

Mewaspadai Perangkap Iblis

Mewaspadai Perangkap (Talbis) Iblis


Tatkala anak Adam diciptakan, di dalam dirinya juga dimasukkan hawa nafsu dan kehendak, agar ia dapat mendatangkan apa yang bermanfaat bagi dirinya. Di dalam dirinya juga diciptakan amarah agar dia bisa menolak apa-apa yang bisa mencelakakannya. Dia diberi akal layaknya pendidik yang menyuruhnya untuk berbuat adil tentang apa yang harus ia lakukan dan apa yang harus ditinggalkan. Allah juga menciptakan syetan yang menyuruhnya berlebihan tentang apa yang harus ia lakukan dan apa yang harus ia tinggalkan. Yang harus dilakukan orang yang berakal adalah mewaspadai musuh yang satu ini, yang telah menetapkan permusuhannya sejak zaman Adam as, yang telah bersumpah menghabiskan umurnya untuk merusak keadaan anak Adam as.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syetan karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya syetan hanya menyuruh kalian supaya berbuat keji dan jahat, serta mengatakan terhadap Allah apa yang kalian tidak ketahui.” (Al Baqoroh 168-169).
“Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan sejauh-jauhnya.” (An Nisaa 60)

Selagi iblis menggoda manusia dengan sesuatu, maka dia harus memasang kewaspadaan yang tinggi dan hendaklah dia mengatakan kepada iblis, tatkala iblis itu menyuruhnya kepada keburukan, “Apa yang kamu nasehatkan kepadaku itu hanyalah anjuran agar aku mengikuti hawa nafsu. Bagaimana mungkin seseorang dapat memberikan nasehat kepada orang lain padahal ia tidak bisa menasehati dirinya sendiri? Bagaimana anjuran musuh dapat diterima?” Setelah itu berpalinglah dari Iblis dan berpijaklah dengan kekuatanmu sendiri, sebab Iblis senantiasa memerintahkan hawa nafsu. Hendaklah akal difungsikan dengan memikirkan akibat dari dosa. (Ibnul-Jauzy: Talbis Iblis).

Kisah Empat Lilin

Kisah Empat Lilin

Ada 4 lilin yang menyala, sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata:
“Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata:
“Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:
“Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga...
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “ Ekh apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
“Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

Akulah HARAPAN”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita....
...dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!!!

Air Mata Rasulullah

Air Mata Rasulullah

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam."Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. "Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnyamenunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"-peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu-Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,ummatii,ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku"Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita

Golongan Yang Dinaungi Allah

Golongan Yang Dinaungi Allah

Ada tujuh golongan yang mendapat naungan Allah pada saat tiada naungan kecuali naungan-Nya:
1. Penguasa yang adil
2. Laki-laki yang mengingat Allah secara menyendiri kemudian air matanya mengalir
3. Laki-laki yang hatinya tertambat dengan masjid saat ia keluar daripadanya sampai ia kembali
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena Allah
5. Laki-laki yang menyembunyikan sedekahnya, sehingga tangan kirinya tidak tidak mengetahui apa yang dikeluarkan tangan kanannya
6. Pemuda yang tumbuh dengan senantiasa beribadah kepada Allah
7. Laki-laki yang diajak oleh wanita berpangkat dan jelita tetapi ia berkata, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”
(HR. Shohihain)

Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah, kecuali Allah akan memberikan yang lebih baik daripadanya”. (HR Ahmad dan al Baihaqi)
Kisah Sepotong Kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk.
Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.Wanita itupun sempat berpikir: "Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!“.

Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir : “Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.

Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih". Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya !!!
Kok milikku ada disini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih.
Dan dialah pencuri kue itu!

Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi.
Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Orang lainlah yang selalu salah
Orang lainlah yang patut disingkirkan
Orang lainlah yang tak tahu diri
Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang selalu bikin masalah
Orang lainlah yang pantas diberi pelajaranPadahal
Kita sendiri yang mencuri kue tadi
Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.

Kita sering mempengaruhi, mengomentari , mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain .
Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

A Butterfly Lesson

A Butterfly Lesson


”Suatu hari, muncul celah kecil pada sebuah kepompong; seorang pria duduk dan memperhatikan calon kupu-kupu tersebut berjuang keras selama berjam-jam untuk mendorong tubuhnya keluar melalui lobang kecil tersebut.”


Kemudian, tampaknya usaha tersebut sia sia, berhenti dan tidak ada perkembangan yang bararti.
Seolah olah terlihat usaha tersebut sudah mencapai satu titik , dimana tidak bisa berkelanjutan.


Maka, pria itu memutuskan untuk membantu kupu-kupu itu.
Dia mengambil sebuah gunting dan membuka kepompong itu. Kemudian kupu2 itu keluar dengan sangat mudahnya


Tapi apa yang terjadi? Kupu-kupu itu memiliki tubuh yang tidak sempurna. Tubuhnya kecil dan sayapnya tidak berkembang.
Pria itu tetap memperhatikan dan berharap, tidak lama lagi, sayap tersebut akan terbuka, membesar dan berkembang menjadi kuat untuk dapat mendukung badan kupu-kupu itu sendiri

Semua yang diharapkan pria itu tidak terjadi!


Kenyataanya, kupu kupu tersebut malah menghabiskan seluruh hidupnya merayap dengan tubuhnya yang lemah dan sayap yang terlipat.
Kupu kupu tersebut tidak pernah bisa terbang



Apa yang pria itu lakukan, dengan segala kebaikan dan niat baiknya, dia tidak pernah mengerti, bahwa perjuangan untuk mengeluarkan badan kupu-kupu dari kepompong dengan cara mengeluarkan seluruh cairan dari badannya adalah suatu proses yang dibutuhkan, sehingga sayapnya dapat berkembang dan siap untuk terbang begitu keluar dari kepompong tersebut,sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh TUHAN.

Seringkali, Perjuangan adalah sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini

Jika TUHAN memperbolehkan kita melewati hidup ini tanpa cobaan,hal ini akan membuat kita lemah.. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan, dan tidak akan pernah terbang seperti kupu-kupu itu.

Kita meminta Kekuatan...dan TUHAN memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat kita menjadi kuat.

Kita meminta kebijaksanaan...dan TUHAN memberikan kita masalah-masalah yang harus kita pecahkan.

Kita meminta kemakmuran...dan TUHAN memberikan otak dan kekuatan untuk bekerja.
Kita meminta Keberanian...dan TUHAN memberi kita rintangan untuk kita hadapi.

Kita meminta Cinta...dan TUHAN memberikan orang-orang yang dalam kesulitan untuk kita bantu.
Kita meminta pertolongan...dan TUHAN memberi kita kesempatan

“ Kita tidak menerima apa yang kita inginkan....,
Tapi kita menerima apa yang kita butuhkan. "

Jalanilah hidup tanpa ketakutan, hadapi semua masalah dan yakinlah bahwa kita dapat mengatasi semua itu.

A Poem From Abu Izz


“Seperti untaian manik-manik,

hidup ini mengalir menyusuri alur-alur jari yang bergerak

Seperti angin, hidup ini bertiup menerbangkan debu

Seperti air yang mengalir, hidup ini mengetahui tempatnya meresap

Adakah hal tersisa untuk dibanggakan darimu wahai jiwa?

Adakah hal-hal yang agung untuk diperjuangkan?

Saya berkata kepadamu, bukannya bulan tidak terlihat karena awan

Tapi ia sekarang malu melihat orang berlumur dosa

Dan bukannya matahari tidak terlihat karena malam

Tetapi ia sedang bersedih banyak orang meninggalkan agama”

Pertengkaran

Pertengkaran

Kakek dan nenek bertengkar, dan nenek begitu marah ia tak mau berbicara dengan suaminya. Hari berikutnya kakek sama sekali lupa akan pertengkarannya, tetapi nenek tetap mendiamkannya dan masih tak mau bicara. Apa saja yang dilakukan kakek rupanya tidak berhasil mengeluarkan nenek dari sikapnya diam membisu.

Akhirnya kakek mulai membuka-buka almari dan laci-laci semuanya. Setelah berlangsung beberapa menit, nenek sudah tidak tahan lagi. “Engkau ini mau cari apa?” Nenek marah bertanya.

“Alhamdulillah. Aku telah menemukannya,” kata kakek dengan senyum kecil, “Suaramu!”

Guru Yang Tuli

Guru Yang Tuli

Ada seorang Guru yang dijuluki Guru yang Tuli. Walaupun sebenarnya ia sama sekali tidak tuli. Inilah kisahnya sehingga ia dijuluki Guru yang Tuli.

Suatu hari sang Guru kedatangan seorang tamu wanita yang hendak menanyakan permasalahannya dengan Guru. Mendadak perut wanita ini sedemikian mulas, dan wanita ini buang angin di depan sang Guru. Meskipun suara buang angin wanita ini lirih, namun cukup keras terdengar ke seluruh ruangan. Masing-masing orang yang berada di ruangan itu memendam perasaan masing-masing, ada yang merasa kasihan terhadap wanita ini, ada yang merasa wanita ini tidak sopan, ada yang marah, ada yang mentertawakan dan lain-lain.

Demi menjaga nama baik dan perasaan wanita ini, sang Guru pura-pura tidak tahu apa yang terjadi dan berkata, “Maaf, bisakah Anda mengulang pertanyaanmu tadi. Pendengaranku sudah kurang jelas sehingga aku sama sekali belum menangkap apa yang hendak kau tanyakan.”

Wanita penanya ini merasa sangat bersyukur, bahwa sang Guru ini tidak mendengar saat ia buang angin. Perasaan malunya terpupus dan ia mendapatkan kembali kepercayaan diri untuk menanyakan masalahnya kepada sang Guru.

Demikianlah akhirnya oramg-orang memanggil guru itu dengan julukan Guru yang Tuli. Dan guru ini pun tidak keberatan dengan julukan itu.

Bayangkan apa jadinya jika sang Guru tidak berpura-pura menjadi tuli. Atau bahkan ikut mentertawakan saat wanita itu buang angin? Barangkali wanita ini tidak akan pernah lagi bertemu dengannya atau lebih parah lagi jika ia malu menghadapi dunia dan mengasingkan dirinya

LULU

LULU

Seorang pengunjung RS Jiwa melihat seorang penghuni sedang berayun-ayun maju mundur di atas kursi sambil terus-menerus dengan suara lemah penuh kelegaan menggumam, “ Lulu,lulu...”

“Masalah apa yang dihadapi orang ini?” tanyanya kepada dokter.

“Lulu. Ia adalah wanita yang menolak cintanya,” jawab dokter.

Ketika mereka meneruskan berkeliling, mereka sampai pada salah satu sel, yang penghuninya terus-menerus memukul-mukulkan kepalanya pada tembok dan menggumam, “ Lulu,lulu”

“Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?” tanya pengunjung itu.

“Ya, “kata dokter, “Dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.”

Hanya ada dua penderitaan dalam hidup:
Tidak memperoleh hal yang mengikat kita
Atau memperoleh hal yang mengikat kita.

Ketenangan

Ketenangan

Seorang Guru ditanya oleh muridnya, mengapa hidupnya selalu tenang dan berbahagia sekalipun dalam keadaan sulit.

Sang Guru berkata, “Aku beribadah di kala beribadah, aku makan di kala makan, aku tidur di kala tidur, dan aku membaca di kala membaca. Demikianlah Nak yang aku lakukan.

“Tetapi Guru pekerjaan itu juga dilakukan oleh orang-orang , “ sahut muridnya ,” Dan mereka tidak seperti Guru.”

“Nak di dalam melakukan segala sesuatu, maka lakukanlah ia sebagaimana ia harus dilakukan. Di kala engkau makan maka nikmatilah engkau sedang makan. Di kala engkau tidur pulas pikirkanlah bahwa engkau sedang tidur, demikianlah seterusnya. Kebanyakan orang-orang selalu memikirkan yang lain pada saat melakukan sesuatu. Di kala makan ia ingat tugasnya, di kala duduk ia memikirkan pekerjaannya, di kala istirahat ia membebani pikirannya dengan keluarganya, hartanya dan lain sebagainya. Begitulah Nak, ambisi yang kuat telah mempengaruhi dirinya. Nak, ambisi itu penting, tetapi ambisi yang berlebihan menyebabkan kehidupan ini menjadi tidak tenang dan tertekan.”

Belenggu

Belenggu
Seekor beruang berjalan mondar-mandir bolak-balik di sepanjang sangkarnya. Ketika sudah liam tahun sangkar itu dibongkar, beruang itu masih mondar-mandir bolak-balik di sepanjang sangkarnya dulu, seolah-olah sangkar itu masih ada.

Tembok-tembok yang seringkali memenjarakan manusia adalah tembok mental, bukan tembok biasa. Patut direnungkan, benarkah negeri ini sudah merdeka dari kuku penjajah yang telah memenjarakan bangsa ini selama 350 tahun.

Berhentilah Berbuat Maksiat

Berhentilah Berbuat Maksiat

Seorang teman berkata : ”Aku akan meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat apabila aku sudah puas dengannya.”

Ketahuilah wahai Akhie, bahwa bercokolnya setan dalam hati kita dan godaan setan yang berlangsung sepanjang masa akan senantiasa membuat kita lalai, sehingga kita tidak akan pernah terpuaskan dalam berdosa dan bermaksiat kepada-Nya. Dan kita akan berkata : “Ah umurku masih panjang, taubatku bisa dilakukan beberapa hari, minggu bulan bahkan beberapa tahun yang akan datang.”

Berhentilah akhie dalam berbuat maksiat, karena sesungguhnya engkau tidak akan pernah tahu kapan dan dimana engkau akan mati. Pernahkah engkau menjumpai orang yang sedang sakaratul maut? Tangannya meronta, giginya bergemelutuk, matanya melotot. Seakan mereka berkata, “Jangan cabut nyawa ini.” Sakit nian yang dirasakan orang yang tengah sakaratul maut. Wahai akhie, bagi orang beriman perjumpaan dengan Tuhan adalah sesuatu yang diharapkan, namun bagi ahli maksiat dunia adalah surganya, dan perjumpaan dengan Tuhannya adalah siksa. Tiada seorang pun tahu kapan dan di mana ia akan mati. Kematian tidak bisa dimajukan atau dimundurkan barang sedetik pun. Berhentiah berbuat maksiat wahai saudaraku.

Pembatal Keislaman

Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Keislaman
Menyekutukan Allah
Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai perantara doa dan permohonan syafa’at.
Menolak mengkafirkan orang musyrik atau menyangsikan kekafiran mereka bahkan cenderung membenarkan aliran mereka.

Berkeyakinan bahwa petunjuk selain Nabi Muhammad lebih sempurna dan lebih baik.
Memandang hukum atau undang-undang lain lebih baik dari syariat Rasulullah serta lebih mengutamakan ajaran toghut (setan).

Membenci sunnah Rasulllah meskipun mengamalkannya.

Mengolok-olok sebagian dari agama yang dibawa Rasulullah Shalallahu 'alahi wa sallam

Mengutamakan orang kafir serta memberikan pertolongan kepada orang musyrik lebih dari pertolongan yang diberikan kepada muslim
Beranggapan bahwa manusia bisa leluasa keluar masuk dari syariat Nabi Muhammad Shalallahu 'alahi wa sallam
“Dan barang siapa yang mencari agama lain selain dienul Islam maka dia tidak diterima amalnya, sedang di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imron 85)

Berpaling dari dienullah, karena tidak mau mempelajari atau bahkan tidak mau mengamalkannya
“Dan siapakah yang lebih dholim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu ia berpaling darinya. Sungguh kami akan memberikan pada orang-orang yang berdosa.” (As Sajdah 22)

Pikiran Awam dan Ahli

Pikiran Awam dan Ahli

Sebuah truk yang besar bergerak melewati jalan di bawah rel kereta api. Truk itu terjepit di antara jalan dan balok penyangga di atas. Semua usaha para ahli untuk membebaskannya tidak berhasil sehingga lalu lintas menjadi macet.

Seorang anak kecil berulang kali mencoba menarik perhatian mandor yang bekerja di situ, tetapi selalu dikesampingkan. Akhirnya dangan sangant gusar mandor itu berkata : ”Saya kira engkau datang untuk mengatakan kepadaku bagaimana caranya menyelesaikan pekerjaan ini?”

“Ya”, kata anak itu. “Coba kempeskan sedikit ban truk itu”.

Dalam pikiran awam terdapat banyak kemuingkinan, dalam pikiran ahli hanya ada satu saja

Kisah Nabi Joshua

Kisah Nabi Yusya (Joshua) as

Setelah Nabi Musa as wafat, Nabi Yusya bin Nun as membawa bani Israel keluar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica. Kota Jerica adalah sebuah kota yang memiliki pagar dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi dan berpenduduk padat.

Suatu hari mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam, diiringi pekik takbir mereka berhasil menerobos ke dalam, di situ mereka mengambil rampasan perang dan membunuh dua belas ribu lawan. Mereka juga memerangi sejumlah raja-raja yang berkuasa di Syam. Hari itu hari Jumat dan peperangan belum juga usai. Sementara matahari sudah hampir tenggelam. Berarti hari Jumat akan segera berlalu dan hari Sabtu akan segera tiba. Padahal menurut syariat Nabi Musa pada hari Sabtu dilarang berperang. Nabi Yusya berkata, “Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Allah, begitu juga aku. Aku bersujud mengikuti perintah-Nya. Ya Allah, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu!” Allah menahan matahari agar tidak terbenam sampai Nabi Yusya berhasil menaklukkan negeri itu.

Dari Abu Huroiroh, “Rasulullah bersabda: Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan hanya karena manusia, kecuali untuk Yusya. Yakni pada malam-malam dia ke Baitul Maqdis untuk berjihad.”

Benarkah aku Pantas Disebut Hamba-Mu

Benarkah Aku Pantas Disebut Hamba-Mu?


Nikmat yang telah Engkau berikan padaku wahai Tuhan
Aku membalasnya dengan maksiat berlebihan
Di waktu Subuh, Engkau sediakan waktu dengan mendengar doa-doa hamba-Mu
Sayang –aku selalu tidak mempunyai waktu untuk-Mu
Walau satu menit saja atau membaca satu ayat saja dari Al Quran

Benarkah aku pantas disebut hamba-Mu?
Yang pantas Engkau cintai dan Engkau beri rizki

Sesekali aku menjenguk-Mu dalam bait air mata
Bila aku sakit, susah dan menderita
Bila dunia sedang melupakan aku
Bila ada langkah yang terlewatkan olehku
Bila aku tidak puas dengan keadilan zaman

Benarkah aku pantas disebut hamba-Mu?
Yang pantas Engkau cintai dan Engkau beri rizki

Terkadang tergerak hati ini untuk menolong sesama
Tetapi bila dunia sudah menawarkan piasnya untukku
Pupus dinding istiqomah yang bersemayam dalam rongga dada ini
Tinggallah sesosok calon mayat yang sibuk dengan dunia

Benarkah aku pantas disebut hamba-Mu?
Yang pantas Engkau cintai dan Engkau beri rizki

Tuhan ...
Dalam bisu yang mencekam
Dalam kalam-Mu yang tertulis mendalam
Siapakah yang sanggup mencintai diri ini selain Engkau?
-padahal diri ini senantiasa melupakan dan melalaikan-Mu

Tuhan...
Bila benar jiwa ini bakal Engkau cabut sewaktu-waktu
Sungguh sebenarnya ia adalah milik-Mu
Siapakah yang sanggup meneruskan rizki untukku?
Sementara Engkau telah menutupnya untukku
Siapakah yang sanggup menutup rizki untukku?
Jika Engkau masih membukanya untukku

Pantaskah bila aku terus berdoa
Sementara Engkau terus mengabulkan
Dan aku terus melanggeng dengan kedurhakaan
Sementara duri dalam dada ini terus menorehkan luka

Pantaskah aku pergi dari dunia ini
Kembali menghadap-Mu dengan dosa-dosa perbuatanku
Engkau memberiku jiwa yang suci
Kemudian aku kotori ia dengan tangan kasarku

Tuhan...
Bila detak jantung ini kian melemah
Dan kemudian aku hanya bisa mendesah
Tungkai dan badan ini saling bertaut
Hanya Engkau harapan diri
Karenanya ampunilah aku atas kelalaianku dan kesombonganku
Siapa yang bisa menghapus dosa sedalam lautan?
Kalau bukan Engkau...

Tuhan...
Aku selalu berharap dapat menegakkan kalimat-Mu
Aku selalu berharap berjumpa dengan-Mu dalam keadaan penuh iman
Aku selalu berharap mendapatkan kematian yang syahid dan gugur di jalan-Mu
Aku selalu berharap dapat menemani Rasulullah
Aku selalu berharap dapat mengucap “Laa ilaha illalloh” di penghujung hayatku

Kiranya hanya Engkau yang paling mengerti aku ini
Karena Engkaulah PenolongkuKarena Engkaulah Tujuanku

Akar Kesalahan

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran (3): 190-191)


AKAR KESALAHAN
Ibnul Qoyyim Al Jauzi berkata : Akar kesalahan itu ada tiga. Pertama kesombongan, itulah yang menyebabkan Iblis mengalami apa yang ia alami. Kedua keserakahan itulah yang menjadikan Adam dikeluarkan dari surga. Ketiga kedengkian dan itulah yang menjadikan salah satu anak Adam membunuh saudaranya.

Maka barang siapa yang berlindung dari keburukan tiga akar kesalahan itu sesungguhnya ia telah melindungi dirinya sendiri dengan sebenar-benarnya. Karena kekafiran itu bersumber dari kesombongan, karena kemaksiatan itu sumbernya keserakahan, sedang kedholiman itu sumbernya kedengkin.

Selanjutnya sebab orang masuk neraka ada tiga. Pertama karena syubhat yang menyebabkan keraguan kepada agama Allah. Kedua karena syahwat yang menyebabkannya mengutamakan hawa nafsu dari pada taat kepada Allah dan keridhoan-Nya. Ketiga karena kemarahan yang melahirkan pertikaian sesama manusia.

Lentera

LENTERA

Pada zaman dahulu menggunakan lentera kertas merupakan hal yang biasa di Jepang. Kertas itui dilingkari lilin yang dinyalakan dan disangga dengan bambu. Ada seorang buta yang mengunjungi kawannya. Karena hari sudah gelap, ia ditawari lentera untuk dibawa pulang. Ia tertawa mendengar tawaran itu.

"Siang malam sama saja bagiku," katanya. "Untuk apa lentera bagi saya?"

Kawannya mengatakan, "Memang benar, engkau tidak memerlukannya untuk menemukan rumahmu. Tetapi mungkin lentera itu akan membantu jalanmu supaya tidak ada orang yang menabrakmu di kegelapan."

Maka mulailah orang buta itu berjalan dengan lenteranya. Tidak lama kemudian ia ditabrak oleh seseorng hingga tidak dapat berdiri dengan seimbang lagi. "Hai orang ceroboh!" teriak orang buta itu. "Tidakkah dapatkah engkau melihat lentera ini?"

"Kawan" kata orang yang menabrak, "Lenteramu sudah padam."

Engkau berjalan dengan lebih aman dalam kegelapanmu sendiri dari pada dalam terang orang lain.

Surat Yang Tak Dibaca

Surat Yang Tak Dibaca


Seorang Ustadz bersama murid-muridnya di sebuah pesantren. Pesantren itu selalu menjadi buah bibir baik oleh mereka yang suka maupun tidak suka. Ustadz tersebut selalu mengajarkan sunnah Rasulullah, dan hal itu sedikit berbeda dengan adat istiadat setempat.

Tidak heran, banyak celaan, hinaan, bahkan ancaman yang ditujukan pada pesantren itu. Para murid selalu terbakar oleh penghinaan tersebut, namun herannya ustadz mereka sama sekali tidak terpengaruh. Ia tetap bermasyarakat sebagaimana biasanya. Di masjid, di pondok, di warung, di pasar dan di mana saja ia selalu mendengarkan semua penghinaan itu. Dan Ustadz itu sama sekali tidak pernah membalas penghinaan-penghinaan itu.

Karena sudah tidak tahan, para murid menghadap Ustadz, “ Wahai Ustadz, biarkan kami membalas semua penghinaan ini.”

Ustadz itu tersenyum, “Wahai anak-anakku. Bagaimana pendapat kalian jika ada seseorang yang berkirim surat padamu, lalu engkau sama sekali tidak membacanya. Engkau tidak akan terpengaruh isinya bukan? Atau jika ada seseorang yang menyuguhkan makanan beracun padamu dan engkau tidak memakannya. Apakah kira-kira engakau akan keracunan?”

“Tenangkan hatimu, wahai anak-anakku. Sesungguhnya mereka juga saudaramu, hanya saja mereka belum mengerti. Yang harus kalian lakukan adalah memberi penjelasan kepada mereka. Insya Allah lama-lama mereka mengerti.”

Kisah Sedih Mencari Pencerahan

Kisah Sedih –Mencari Pencerahan


Aku …
Seperti kebanyakan orang mencari
Apa yang menyebabkan gundah di dalam hatiku ini
Sementara aku hanya tahu berlari dan menjalani
Sisa umurku dan duniaku
Aku berharap menemukan separuh hatiku dengan berlari

Ku cari jawaban:
Pada harta dan ketenaran, akhirnya meninggalkan
Pada wanita dan anak-anak, akhirnya tua dan mati
Pada dunia dan pengetahuan, tidak ada putusnya
Dan aku tersesat karenanya
Diriku semakin gundah dan tersiksa

Aku mencoba mengadu pada teman
Mereka sama seperti aku
Mencoba mengusir rasa putus asa
Semakin kuat rasa gelisahku
Semakin kuat angan-angan kosongku
Seakan-akan dalam sekam, tak tahu tujuan hendak ke mana

Kemudian...
Aku merenung awal dan akhir
Batas kenyataan dan mimpi
Batas kesenangan dan kesedihan
Aku larut dalam kitab suci, menggali akar hadits nabi
Buku-buku menjadi candu dalam keseharianku
Dan terus mempelajari...
Aku berpacu dengan ambang malam
Belumlah terpuaskan, namun sedikit demi sedikit aku menemukan
Aku menyusun hatiku sekeping demi sekeping
Hingga aku menyadari apa yang menyebabkan kegundahan
ku tidak mengerti hakikat hidup ini
Sedangkan ku lalui ibadahku tanpa makna
Hanya ku kerjakan namun tidak membekas dalam hatiku
- karena orang lain melakukannya

Pada malam-malam pencarianku
Allah memberiku petunjuk
Bahwa ibadah yang aku kerjakan bukanlah untuk-Nya
Karena Allah tidak membutuhkan aku
Tetapi aku lah yang membutuhkan-Nya
Dan itulah akhir pencarianku.


(Ini adalah kisahku, bagaimana aku melalui sebuah ujian hidup. Sehingga nyaris melupakan siapa Tuhanku (man robbi), sehingga nyaris tenggelam dalam kedurhakaan dan pikiran kalut. Sebagaimana Ibrahim yang mencari Tuhan. Sebagaimana Nabi Muhammad bersunyi dalam Gua Hira. Aku juga mencari kebenaran. Aku mencari kebenaran, dan aku berhasil melaluinya. Allah tidak menya-nyiakan diriku, Allah menyayangiku dan Allah menyertaiku selama dalam pencarianku. Aku berhasil. Dan inilah aku yang sekarang)

Pencerahan

Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa (Al Qoshosh 83)


Ada seseorang yang datang menemui seorang Guru dan bertanya: “Wahai Guru, berapa lama waktu yang saya perlukan untuk mencapai Pencerahan?”

Sang Guru memandangnya dan tersenyum, jawabnya, “Sepuluh tahun.”

“Alangkah lamanya waktu yang saya perlukan untuk mencapai ke sana,” kata orang itu.

“Oh tidak, untukmu diperlukan waktu dua puluh tahun.”

Orang itu keheranan dan bertanya, “Mengapa Guru melipatkannya dua kali lipat?”

“Bayangkan,” kata Guru, “Sekarang bahkan engkau memerlukan waktu tiga puluh tahun.”


Pencerahan bukanlah suatu titik yang hendak kita tuju, melainkan cara berjalan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Sehingga kita akan merasakan ketentraman di dalam hati, dan orang-orang mendapat kemanfaatan dari keberadaan kita. Dialah Allah yang akan menuntun kita dalam cahaya-Nya. Ketika kita berjalan kepada-Nya, maka Dia akan menyambut kita dengan gembira.

Aku Menulis Dan Berdakwah

AKU MENULIS DAN BERDAKWAH...

Firman Allah Ta’ala:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imron (3): 104)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (QS Ali Imron (3): 110)

Hadits Rasulullah saw:
Dari Abu Huroiroh ra, Rasulullah bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah SWT, seorang penulis yang selalu memberi penawar dan seseorang yang nikah demi menjaga kehormatan dirinya.” (HR Thabrani)

Barangkali saya hanyalah sebutir garam apabila dibandingkan dengan luasnya samudera dunia. Apalah artinya ilmu yang saya miliki dibandingkan para anbiya, ulama dan ustadz. Dari merekalah saya banyak belajar mengenai kehidupan dan jalan yang terang, sehingga saya bisa mengenali Allah SWT, bisa menikmati indahnya suasana damai dalam Islam dan mengerti tentang etika antar manusia.

Tak terhitung berapa ustadz yang telah menyadarkan diri ini, tatkala jiwa tengah dirudung kebuntuan dan kebingungan tentang “Apa hakikat hidup sebenarnya?” Sehingga nyaris membuat diri menjadi lupa akan Tuhan, lupa akan tujuan semula dan hidup dalam pola hedonis, hidup dalam angan-angan dan lain-lain. Seakan-akan diri ini tidak akan pernah mati dan kembali. Jazzakumullah yaa ustadz...

Rasa-rasanya tidak pantas saya menulis dan ikut serta dalam berdakwah. Saya hanyalah biji yang baru tunas, apa yang saya bisa? Namun, jika saya tidak mencobanya kapan saya akan maju. Siapa sih orangnya yang lebih baik dari seorang juru dakwah? Mencoba dan mencoba, berkarya dan berkarya, hanya itulah yang sekarang ada dalam benak saya. Allah telah memberi jalan terbaik buat diri ini, Allah telah membuka kesempatan dengan tersedianya berbagai fasilitas di sekitar. Mudah-mudahan tulisan-tulisan saya bisa turut serta memberi warna dalam dunia Islam walaupun mungkin jauh dari kesempurnaan. Maka dengan tetap memohon kepada Allah supaya diri ini tetap dalam naungan Islam, saya memulai tulisan dakwah saya dengan ucapan “Bismillahirohmanirrohim.”